Follow Me

Monday, November 24, 2008

Mengamalkan Ilmu Agama

Belajar ilmu syar’I bukanlah tujuan puncak (ilmu untuk ilmu). Ilmu merupakan sarana untuk tujuan yang lebih besar, yaitu meraih khasyah (rasa takut) kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, dan takwa kepada-Nya. Oleh karena itu, semua orang yang mengamalkan ilmu syar’I dengan tujuan bukan untuk mengamalkannya, maka akan diharamkan baginya keberkahan ilmu.

Rasulullah mengingatkan mengenai perumpamaan orang yang berilmu tapi tidak mengamalkannya, “Perumpamaan orang yang mengajari orang lain kebaikan, tetapi melupakan dirinya (tidak mengamalkan), laksana lilin yang menerangi manusia sementara dirinya terbakar.” (HR. Thabrani).

Ibnu Mas’ud berkata, “Belajarlah ilmu. Apabila sudah tahu, maka amalkanlah!”.

Ibnul Qayyim menjelaskan tentang pengaruh dan buah dari mengamalkan ilmu. Beliau berkata, “Mengamalkan ilmu merupakan sebab terbesar untuk menghafal dan menguatkannya. Tidak mengamalkan ilmu berarti menyia-nyiakan ilmu itu sendiri.”

Imam Hasan Al-Bashri berkata, “Sangat mengherankan lisan yang mengajak (orang kepada kebaikan), hati yang mengetahui (kebaikan), namun perbuatannya menyelisihi (perkataan dan hatinya).”

Imam As-Syathibi berkata, “Ilmu yang dianggap sebagai ibadah secara syara’, yang Allah dan Rasul-Nya memuji pemiliknya secara mutlak adalah ilmu yang bisa mengantarkan pemiliknya kepada amal, dan tidak membuat pemiliknya tunduk kepada nafsunya dalam keadaan apapun. Pemiliknya terikat dengan isi dari ilmu tersebut. Mengamalkan hukum-hukum yang terkandung didalamnya, baik dengan ridha maupun dengan terpaksa.”

Ibnul Qayyim mengutip perkataan Ibnu Qutaibah tentang makna hikmah, yaitu, “Sesuai dengan kebenaran dan bisa mengamalkannya, dialah ilmu yang bermanfaat dan amal shalih.”

Sumber: 102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, Abul Qa’qa Muhammad bin Shalih Alu Abdillah: Elba.

No comments: